Gunung Andong, Gunung Indah yang Ramah

Cerita Perjalanan Gunung Andong 

puncak andong
Still Love The Mist

Anda orang Salatiga dan sekitarnya ? Anda pendaki pemula ? Ingin mendaki gunung tapi takut kalau langsung ke gunung yang tinggi ? Anda orang yang pingin refreshing dari kejenuhan kegiatan sehari-hari dengan mendaki tipis-tipis ?  Atau anda lagi liburan ke rumah sodara, temen, pacar disini dan tetep pengen mendaki sekalipun nggak ke merbabu ?

Yak, Gunung Andong bisa jadi solusi keinginan anda !!!

Gunung Andong, gunung yang terletak di Kabupaten Magelang ini merupakan gunung kedua di Jawa Tengah yang gue daki setelah gunung Merbabu (baca : pendakian gunung merbabu via cuntel). Ketinggiannya 1.726 MDPL, masih lebih tinggi budug asu dibelakang rumah (Baca : budug asu di ereng Arjuna).

Cara ke pos pendakian

Oke, sama seperti pergi ke Merbabu via cuntel, gue mulai pendakian ini dari pasar sapi Salatiga, dari sini kita naik bis kecil, atau bison yang ke arah kabupaten Magelang. Ongkos naik bison kalo nggak salah 7.000 sampe ke pasar Ngablak, dari pasar Ngablak nantinya naik ojek untuk ke pos pendakian andong, disini gue naik dari pos pendakian sawit. Tarif ojeknya mulai dari 10.000 - 15.000, kenapa gue nulis gini ? karena katanya, tarifnya itu ya 10.000, cuma pas itu tukang ojeknya ngasih harga 15.000 dan emang dasarnya gue males nawar (nggak bisa) ya tak iyain ajalah, toh setelah dijalanin dengan abang ojeknya, kayaknya gue ngerasa nyaman (?) Maksut gue setelah jalan dan tahu seberapa jarak dari pasar ke pos pendakian, nggak rugi juga ngeluarin uang segitu, kalo dituruti jalan kaki mungkin bisa 2 jam lebih tergantung kecepatan, beban yang dibawa (diluar beban dosa), dan siapa yang diajak.

Kadang pas perjalanan ke gunung yang diluar kota gini mikir, kok nggak sekalian aja nyewa sepeda motor jadi nggak perlu repot” naik turun angkot ? Entah, padahal waktu ke merbabu kmaren pas pulang juga sempet mikir, gini ini enak nyewa motor, udah tempatnya jauh, nggak ada kendaraan umum, kalo mau carter lumayan mahal pula. Tapi rasanya naik turun angkot nggak buruk juga, apalagi buat orang yg udah berhenti naik angkot semenjak lulus SMK kayak gue ini.

Mulai dari dempet-dempetan didalem angkot, kebarengan emak-emak yang pulang dari pasar, pas angkot penuh dan ada penumpang yang mau naik kesempatan buat ngasih kursi kita terus gelantungan dipintu (adegan berbahaya, bukan untuk ditiru tanpa pengawasan ahlinya) aaaaahhh aku merindukan saat saat seperti itu.

bukan hanya tempatnya, bagaimana menuju kesananyapun akan menjadi cerita tersendiri untuk diingat


Balik lagi ke topik, ketika tahu jarak dari pasar ke pos yang segitu jauhnya, yang gue pikirin waktu itu adalah, ini pulangnya gimana ya?  Tapi tenang, kata abang ojeknya nanti disana ada juga ojek yang nganter kita ke pasar. Oke, pikiran gue bakal jalan kaki setelah dari gunung langsung ilang alhamdulillah

Sesampainya di pos pendakian kita perlu menulis nama dan tanggal naik serta tanggal turunnya, kemudian kita bayar biaya masuk yang maaf gue lupa berapa terus dikasih peta gunung andong. Salah satu yang menarik dari gunung ini, sekalipun nggak terlalu tinggi, gunung ini punya empat puncak! amazing gak tuh, mulai dari puncak makam, puncak jiwa, puncak andong, dan puncak alap-alap. Gunung di daerah sini emang kebanyakan puncak, mulai dari merbabu dengan tujuh puncaknya sekarang andong dengan 4 puncaknya.

Perjalanan ke puncak

Santai di Hutan Pinus
perjalanan ke puncak sekitar 2-3 jam dan sekali lagi tergantung kecepatan, beban yang dibawa, dan siapa yang diajak. jalannya cukup enak, jalurnya jelas tanjakannya normal, nggak over nanjak ya nggak terlalu landai juga, pas banget ini buat latihan pendakian, trekking ringan, atau yg mau latihan lari gunung. Dimulai dengan menjelajahi hutan pinus hingga menapaki jalan bebatuan di perjalanan akhir.

Lokasi mata air di gunung andong iti terletak setelah keluar dari hutan pinus dan mendekati puncak, sudah ada pipa yang bisa digunakan untuk mengambil air sebagai persediaan kita. Ketika sudah mendekati akhir kita bakal disuguhi pemandangan Salatiga, kabupaten Magelang dan sekitarnya sekaligus penambah semangat untuk melihat semua ini dari puncaknya.

Puncak


Waktu sampe atas sini suasana masih berkabut, pemandangan sekitar nggak kelihatan sama sekali, tapi bisa dilihat kondisi puncak gunung andong ini lapang, nggak ada pepohonan besar diatas, kita bisa lihat langsung sekeliling gunung, pandangan luas yang bisa ngelihat jajaran gunung lain disekitan andong ini.

Puncak makam
Memandang Puncak Makam
Buat yang gak bawa bekal, disini juga ada warung, jadi buat yang capek baru dateng males masak atau emang gak bawa makanan, gausah khawatir. Ada toiletnya juga loh, sekalipun gue sendiri belum lihat kondisi toilet itu, tapi ya baguslah, gaperlu ke semak semak lagi.

Oh iya selain jangan lupa bawa kembali sampah kita, buat sipapun, tolong jangan coret-coret di bebatuan yah, jangan vandalisme disetiap batu rata atau dipos peristirahatan. Mungkin ada yang mikir ini keren, sebagai bukti kalau udah sampai sini, tapi ini cukup bikin risih juga, batu yang diem nggak ngapa-ngapain, pos yang ngejaga kita pas kita lelah dipenuhi tulisan tulisan nggak jelas, mulai dari ungkapan cinta sampe nulisin nama orang sekampung. Di jaman kayak gini foto instagram udah cukup kalau mau sebagai bukti, lo ngomong langsung ke orang yang lo sayang itu yang bener daripada nulis nulis gajelas di sembarang tempat.

Waktunya pulang

camping puncak andong
Tanah Kavling Tenda
Ternyata gunung ini emang gunung favorit, terbukti, pas dateng emang sepi, ternyata pulangnya rame banget. Tanah kosong udah jadi tanah kavling semua, dengan semua kelebihan yang dipunya gunung ini, gak heras sih kalo banyak orang yang suka mendaki kesini.

Dan daripada mikirin perjalanan turun gunung, gue lebih kepikiran gimana caranya nanti dari pos pendakian ke pasar, karena apa? karena disekitar pos pendakian nggak ada satupun tempat yang bertuliskan PANGKALAN OJEK! sekalipun disitu banyak banget sepeda motor, ya itukan motor para pendaki, nggak ada juga yang nawarin kita ojek, apa mungkin juga salahku, nggak tanya orang sekitar atau sekalian tanya orang yg bawa motor mereka tukang ojek apa bukan. Malu bertanya sesat dijalan kawan, malu bertanya sesat dijalan.

Gue jalan pelan kearah luar desa, berharap ada kang ojek yg nawarin jasanya. Kanan kiri ngelewati rumah warga, ngelihatin warga-warga yang lagi naikin panenannya ke mobil pikep, tunggu, pikep ? jadi keinget pas dulu ke B-29, pulangnya naik pikep ke penitipan motor, “Ah daripada cari ojek mending nunggu pikep yang kearah pasar” itulah yang ada diotakku, tebengan gratis.

Seteleh beberapa waktu jalan dan gue ngelihat satu pikep dari desa dengan muatan kosong ke arah pasar, ini yang namanya kesempatan, pas banget yang bawa pikep pengertian, belum juga bilang mau numpang udah ditawari aja, yang namanya rejeki emang nggak kemana. Dan sekali lagi cukup duduk tenang sembari ngerasain angin semilir dibelakang mobil, nikmat yang nggak akan tak dapetin kalo naik motor. nikmat gan !

Semilir Angin

Mungkin cuma ini yang bisa gue bagi buat perjalanan kali ini. Maaf ya, banyak yang lupa, ini perjalanan beberapa bulan lalu cuma baru sempet nulis sekarang, yang pasti selalu nikmati setiap perjalanan kalian, karena setiap perjalanan akan selalu member cerita dan pengalaman baru, sekalipun itu ke tempat yang sama.

Dan secara pribadi, sepertinya gue jatuh cinta pada Salatiga, kota ini hampir mirip Malang suasananya, udaranya, pemandangannya, terutama pada seseorang istimewa dikota ini.

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Analisa 1 m3 Pekerjaan Beton Berdasarkan Dimensi

Rute Ternyaman Menikmati Gunung Bromo

PENDAKIAN GUNUNG MERBABU DARI MALANG VIA CUNTEL